REVIEW FILM HOROR THAILAND, ALONE. FILM HOROR TENTANG KEMBAR SIAM

Halo semuanya, kali ini aku akan membagikan sedikit potongan cerita dari film horor Thailand berjudul Alone. Review film ini sebenarnya sudah aku buat dari satu tahun yang lalu, tapi karena kesibukan aku di dunia perkuliahan selama 2 tahun kemarin, aku sendiri tidak sempat untuk menghabiskan waktuku untuk ‘menjenguk’ blog keseayanganku ini. Ya, meskipun film Alone ini udah lama banget lahirnya (dan aku lupa tahun berapa), tapi aku baru nonton film ini tahun 2018 kemarin. Aku pikir film ini tidak terlalu buruk juga untuk dijadikan rekomendasi film buat kalian para penggemar cerita misteri. Kalau gitu langsung aja check it out ya review film versi aku.

                                                  katyflanaganphotography.wordpress.com 

Di awal cerita, kita akan disajikan dengan potongan-potongan adegan sinematografi yang kemudian menjadi cambuk dalam runtutan cerita yang akan ditampilkan dalam film ini. Dimulai dari seorang ibu dengan mesin jahitnya, yang tampaknya menjahit sebuah gaun ukuran anak kecil yang kelihatannya begitu lebar, lalu foto-foto masa kecil dua anak kecil yang kembar siam, adegan operasi yang sepertinya operasi pemisahan, dan sebagainya. Sepertinya sang sutradara ingin menggiring pikiran penontonnya tentang bagaimana jalan cerita ini pada akhirnya. Karena memang genre film nya drama, horor, dan thriller, pikiran yang penuh dengan pertanyaan akan terus muncul selama menyaksikan adegan demi adegan dalam film ini. Terutama, plot twist yang disajikan dalam film ini, akan berada pada akhir cerita dari film ini.
Film ini dimulai dengan setting sebuah apartemen yang berlokasi di Korea Selatan. Vee, seorang suami memberikan kejutan ulang tahun untuk istrinya Pim. Di tengah-tengah acara, salah seorang teman wanita mereka memainkan ramalan kartu pada Pim, yang hasilnya begitu membingungkan buat Pim. Di saat yang bersamaan, Vee mendapat telepon dari Thailand yang menggambarkan bahwa ibunda Pim terkena stroke dan sudah dilarikan ke Rumah Sakit, mau tidak mau mereka Vee dan Pim pun harus segera pulang ke Thailand untuk menjaga ibu Pim yang sedang dirawat di Rumah Sakit tersebut. Namun entah mengapa, hal tersebut ternyata tak membuat Pim yang sebagai anak kandung sendiri langsung menyetujui hal tersebut. Seperti ada rasa kekhawatiran yang menyeruak dalam dirinya ketika tahu bahwa mereka harus kembali ke Thailand dan menginap sementara di rumahnya yang memiliki banyak kenangan tersebut. Sesampainya Vee dan Pim di rumah Pim. Mereka disambut oleh pembantu rumah tersebut yang seperti agak canggung dan terlihat ketakutan ketika bertemu dengan pasangan tersebut. Suasana horor semakin bertambah ketika malam tiba, si pembantu tersebut meninggalkan pasangan tersebut dan lebih memilih untuk pulang ke rumahnya, sekalipun Pim mencegahnya dan menyuruhnya untuk tetap tinggal saja di rumah Pim. Rumah yang besar dengan halaman yang luas, serta penampakan rumah dan isinya yang sangat tua, menambah suasana horor dalam film ini. Semenjak tinggal di rumah tersebut, Pim merasakan banyak teror hantu wanita yang menimpa dirinya. Hantu wanita tersebut tidak lain adalah saudari kembarnya sendiri, Ploy, yang tidak diketahui pasti akibat kematiannya.
Tak hanya di rumah tersebut, di Rumah Sakit, dan di tempat manapun si Pim berada, teror hantu Ploy tersebut terus-terusan meneror Pim. Teror hantu Ploy tersebut bahkan sering mencelakai Pim, hingga Pim pun dirawat di Rumah Sakit. Melihat hal tersebut, Vee sebagai pasangan, merasa khawatir dengan keadaan Pim. Vee pun meminta bantuan seorang psikiater untuk menangani masalah yang dihadapi Pim tersebut. Hal tersebut membuat Pim marah besar pada Vee, karena Pim menganggap bahwa berurusan dengan psikiater berarti sama saja dengan menganggapnya sebagai orang gila. Namun, Vee terus meyakinkan Pim bahwa psikiater tersebut mampu Pim untuk keluar dari semua kekhawatirannya tersebut. Pim pun kemudian menjalani berbagai terapi yang disarankan oleh psikiater tersebut, termasuk menyarankan Pim untuk tidak terlalu merasa bersalah dengan kematian saudari kembarnya tersebut. Namun, hasilnya tetap saja nihil, setiap kali pulang ke rumahnya dan mendapati barang-barang peninggalan Ploy sewaktu masih hidup, termasuk kacamata yang sering digunakan oleh Ploy, malah membuat ingatan Pim akan Ploy semakin bertambah. Dari sini kita akan disajikan dengan berbagai runtutan adegan sinematografi apik, yang seolah-olah menggambarkan bagaimana sebenarnya isi kepala Pim, ketika mengingat semua kejadian yang sudah dialami Pim ketika masih menjadi kembar siam bersama Ploy.
Kejadian demi kejadian mengenaskan yang dialami oleh Pim membuat Vee berpikir bahwa apa yang dilihat oleh Pim selama ini, kemungkinan nyata adanya. Apalagi setelah dirinya sendiri juga sempat melihat bayangan hantu Ploy di samping Pim. Vee semakin berpikir, bahwa mitos sehidup semati anak kembar yang selama ini didengarnya mungkin ada benarnya juga. Meskipun psikiater Pim telah menampik bahwa hal itu hanyalah mitos belaka, namun keyakinan Vee akan hal itu semakin bertambah semenjak dirinya juga turut diteror hantu Ploy. Vee pun semakin bingung, dengan kejadian yang menimpa dirinya dan Pim. Apa faktor yang menyebabkan hantu Ploy begitu marah kepada mereka berdua, sehingga meneror mereka berdua sepanjang waktu. Melihat Vee yang penasaran, Pim pun akhirnya menceritakan semua kejadian di masa lalu tentang dirinya dan Ploy. Fakta yang paling mengejutkan adalah bahwa ternyata, Ploy begitu mencintai Vee, namun cinta Ploy hanya bertepuk sebelah tangan, sebab Vee telah jatuh cinta pada Pim. Ploy pun merasa cemburu dengan semua perhatian yang diberikan oleh Vee pada Pim. Namun, disini tidak diberikan gambaran secara eksplisit tentang kematian Ploy sendiri.
Ketegangan semakin memuncak ketika ibunda Pim tiba-tiba sekarat dan akhirnya meninggal. Sebelum meninggal, ibunda Pim seperti sedang menyampaikan sesuatu pada Vee. Vee pun segera menemui Pim dan membentak-bentak Pim. Pim pun bingung dengan kemarahan Vee. Dari sinilah semuanya terungkap. Pim yang selama ini menjalani hidup bersama Vee, ternyata bukan Pim yang sebenarnya. Pim yang sebenarnya telah meninggal, dan Ploy-lah yang selama ini memerankan peran Pim. Fakta yang paling mengejutkan adalah Ploy-lah yang telah membunuh saudari kembarnya itu sendiri, dan si ibunda yang selama ini mengetahui semua kejahatan Ploy tersebut hanya bisa memendam kenyataan tersebut. Karena cinta yang teramat dalam dan rasa ingin memiliki Vee yang teramat besar, Ploy pun menjadi gelap mata dan berani mencekik saudari kembarnya sendiri hingga tewas. Bahkan setelah Pim meninggal pun, Ploy nekat merubah identitasnya sebagai Pim hanya untuk mendapatkan hati Vee. Vee yang mengetahui semua hal itu hanya bisa menangis dan terus memarahi Ploy. Vee yang ingin mengungkap semua kejahatan Ploy tersebut, harus menunda rencananya, ketika ia disekap bahkan hendak dibunuh oleh Ploy. Dari sini, banyak ditampilkan adegan kekerasan, ketika Vee hendak melawan Ploy yang terus mengejar Vee untuk dibunuh. Perkelahian mereka berdua pun berakhir dengan seluruh rumah yang hampir terbakar. Vee berusaha untuk kabur, namun selalu ditahan oleh Ploy. Vee yang lemah, dan Ploy yang sepertinya sangat bernafsu untuk membunuh Vee, membuat saya berpikir bahwa film ini akan segera berakhir dengan Vee dan Ploy yang habis terbakar bersama seisi rumah. Namun ternyata tidak seperti itu. Itulah mengapa saya mengatakan bahwa plot twist dalam film ini kebanyakan  berada pada akhir cerita. Si pembantu yang tiba-tiba datang ke rumah karena lupa mengambil handphone-nya, kemudian tewas juga dibunuh Ploy, hingga Vee yang kemudian berhasil kabur dari rumah tersebut. Di akhir cerita, Ploy yang terjebak dalam sebuah kotak kayu karena didorong oleh Vee, harus kembali menerima nasibnya, yaitu bertemu hantu Pim yang kemudian menindihnya dan membuatnya terus terjebak dalam kotak tersebut, hingga Ploy pun harus tewas terbakar dalam rumah tersebut.

~SELESAI~

Komentar

Postingan Populer